Masih Takdir. Ketiga
19.56Saat itu adalah kejutan yang paling menyenangkan bar. Dan aku mulai berpikir. Inikah takdir? Takdir yang akan terus mempertemukan kita. Takdir yang mengharuskan kita mengenal satu sama lain lebih dekat. Takdir yang menuntun langkahku menuju tempatmu berdiri. Dan takdir yang menggiringku untuk selalu bersamamu. Baca - Takdir. Ketiga
Ica menyusulku ke Paris. Hahaha mungkin dia tidak mau kalau
aku bersenang-senang sendirian. Kami. Aku, Ica dan Mas Bara menghabiskan banyak
waktu bersama di kota indah ini.
“Oh iya. Ngomong-ngomong gue masih ga ngerti deh ra. Kok lo
bisa ketemu mas Bara disini sih?”
“Hahaha. Gatau gue juga ca. Tiba-tiba aja gitu ketemu”
“Jodoh kali ya”
gumam ica yang sedikit tertangkap oleh indera pendengaranku.
Tidak pernah terfikirkan kalau akhirnya aku akan bertemu
lagi dengan mas Bara setelah hampir satu setengah tahun ini. Tidak pernah
terfikirkan juga kami akan menghabiskan tahun baru bersama di negara yang masuk
dalam 5 negara dengan perayaan tahun baru terbaik di dunia. Gak kebayaaaaannnng
Pukul 11 malam kota paris aku lengkap dengan memakai kaos
yang dibalut jaket tebal, jeans dan sepatu boot tinggiku, Ica dan mas bara
mulai merapat ke eiffel tower untuk menyaksikan kemeriahan menyambut tahun baru
disana.
“Hm nara, mas bara aku tadi siang kan baru kenalan sama
turis gitu. Terus dia ngajakin aku buat tahun baruan bareng dia sama
temen-temennya gitu. Jadi, kalian ke eiffel towernya berdua aja yaah. Daaaaah”
Tanpa memberi kesempatan aku dan mas bara menolak, Ica
pergi dengan cerianya. Kini di sekeliling menara Eiffel sudah dipenuhi dengan
turis yang ingin menyaksikan juga kemeriahan tahun baru di kota romantis itu.
Cafe-cafe yang ramai dengan para pengunjung yang saling berpasang-pasangan.
Ketika kembang api pertama meluncur, orang-orang semakin
berdesakan. Bara menoleh dan tersenyum padaku yang berdiri disebelahnya. Akupun
balas tersenyum. Kami sama-sama menengadah memandang langit dan mengamati milyaran
bintang yang bersinar cemerlang itu.
Aku merinding. Kehangatan mulai menjalar ke seluruh
tubuhku. Ini aneh. Padahal disini sedang musim dingin.
“Dix....!” Terdengar teriakan keras dari para pengunjung
yang memenuhi sekeliling menara Eiffel. Ternyata tinggal beberapa detik lagi
tahun ini akan berakhir dan digantikan dengan tahun yang baru.
“Quatre...!”
“Trois....!”
“Deux...!”
“Un...!” sorakan gembira memenuhi menara Eiffel. Langit
kota paris dipenuhi indahnya kembang api yang kemilau.
“Selamat Tahun baru ra” bisik bara
namun tetap terdengar jelas ditelingaku. Aku tidak menyangka, kata-kata
sederhana seperti selamat tahun baru bisa terdengar sangat indah dan berkesan.
Mungkin itu kata – kata terindah yang pernah kudengar.
***
Itu indah loh bar. Bukan karna aku sedang berada di kota
paling romantis di dunia. Bukan juga karna meriahnya tahun baru di menara
eiffel. Tapi karna kamu. Kamu yang membuat semuanya indah.
Pertemuan kita memang diselingi waktu yang sangat panjang.
Tapi apa kamu tahu, Setiap pertemuan kita tersimpan rapi di sudut memori
otakku? Apa kamu tahu, setiap pertemuan kita sedikitnya memberikan harapan yang
kian tumbuh seiring berjalannya waktu?
Sayangnya pertemuan kita selanjutnya tidak seindah hari itu.
Saat kita bertemu di sebuah mall di bilangan Jakarta Pusat. Saat kita bertemu
dan kau menggenggam tangan seorang gadis cantik berambut panjang dengan
akrabnya? - Lanjut Takdir Keempat
0 komentar