Sahabat

13.00

1 minggu lagi Ujian Nasional SMP dilaksanakan. Ujian ini yang menentukan lulus atau tidaknya murid-murid yang telah belajar selama 3 tahun. Tidak adil memang sudah 3 tahun belajar dengan susah payah tapi hanya ditentukan dengan 4 hari dan hanya 4 pelajaran. Ujian Nasional SMA sudah dilaksanakan seminggu sebelumnya.

Dhyra pun merasa sangat gugup dan tidak siap dengan Ujian Nasional. Untuk mempersiapkan UN alias Ujian Nasional Dhyra bersama teman-temannya sering mengadakan belajar bersama untuk mengulang pelajaran yang sudah-sudah. Karna UN bukan hanya pelajaran kelas 9, tapi kelas 7 dan kelas 8 juga.

Disaat Dhyra bersama teman-temannya sedang sibuk-sibuknya belajar mempersiapkan UN, Tiffanie dan kawan-kawannya tidak gugup sama sekali. Mereka hanya membuang buang waktu dengan Hang Out dan berbelanja.

          “Buat apa coba belajar ? pada takut gak lulus yaah? Hahha” kata Sheila
          “Tau ih, mending juga belanja, nyalon. Haha bener gak tif?” kata siska
          “betul, emang pada parno banget itu orang, untung gue orang pinter jadi gak usah belajar juga pasti lulus. Hahahah” ucap tiffanie sombong.
          “Hahahaha gue tau kok lo pinter tapi gak usah sombong gitu juga kaleee!!” kata Dhyra

Memang anak-anak kelas IX-2 mengakui bahwa Tiffanie itu pintar. Termasuk Dhyra, diapun mengakui bahwa Tiffanie pintar. Tiffanie mempunyai segudang prestasi, dan Tiffanie pun sangat amat ramah kepada teman-temannya. Tapi itu terjadi sebelum Dhyra datang.

Dhyra pindah ke Jakarta karna ikut kedua orang tuanya yang bertugas. Dan orang tuanya mendaftarkan Dhyra sekolah di SMP Harapan Bangsa. SMP itu adalah salah satu SMP terbaik di Jakarta. Dhyra yang pintar dan ramah langsung menarik perhatian teman-temannya, disitulah Tiffanie merasa iri dan bersikap sombong terhadap teman-temannya.

Bukan Cuma itu, Tiffanie selalu membangga-banggakan dirinya di depan teman-temannya. Membangga-banggakan kekayaan orang tuanya. Dan mulai saat itu teman-temannya mulai tidak suka dengan sikap Tiffanie. Namun Shelia dan Siska teman Tiffanie sejak SD tetap setia apapun yang Tiffanie lakukan.

          “Ya wajar kali gua sombong. Gua bisaa. Kalo gua gak bisa terus sombong, baru lo boleh komen!!”

Penguuman kelulusan pun datang.

          “Yeeeeeeeeeee”

Teriakan bahagia anak-anak kelas IX di SMP Harapan Bangsa menggema, salah satunya Dhyra. Dia lulus dengan nilai yang memuaskan. Aduuuhh gak nyangka kalo gue sekarang udah gede. Berarti gue harus jadi orang yang lebih baik lagi. tekadnya dalam hati. Ketika Dhyra baru saja lulus dari sekolah menengah pertama.

Hari pertama Masa Orientasi Siswa atau biasa disebut MOS Dhyra datang bersama bibi dan supirnya. Mungkin itu terlihat berbeda nyebelin banget sih, anak-anak yang lain aja datang bersama orang tuanya. Sebenarnya Dhyra sangat ingin pergi bersama kedua orangtuanaya, tapi mau gimana lagi kedua orang tuanya sangat sibuk bekerja.

Satu minggu pun telah berlalu. Masa Orientasi Siswapun telah usai. Kini Dhyra telah resmi menjadi salah satu siswi SMA Negri 12 Jakarta, salah satu sekolah negri terbauk di Jakarta.

“Pagiii biiii  , Masak apa niiihhh ???” Tanyaku pada Bibi
          “Pagi juga non , karna hari ini hari pertama non masuk sekolah bibi siapin yang specialuat non,  nasi goreng ati special plus susu tanpa lemak.”
          “Oke sip banget dah si bibi , hahahaha”

Setelah sarapan Dhyra kembali ke kamarnya untuk mempersiapkan peralatan peralatan sekolahnya. Berhubung Dhyra adalah pecinta warna biru, dia mempunyai banyak barang-barang yang berwarna biru termasuk warna di dinding kamarnya juga berwarna biru HP biru, laptop Biru, Ipod biru, dan semuaaaaa warnanya biruuu.

“Pak udin, Dhyra bawa mobil sendiri aja yak ke sekolahhh .!!!” pintaku pada supirku pak Udin
          “Tapi non kan belum punya SIM dan KTP.”Jawabnya
          “Yah elah pakkk, gak sering ini Dhyra bawa mobil sendiri… Lagian Dhyra kan udah SMA pak. hehehe”
          “Tapi non …”
          “Udah deh Pak Udin tenang aja, Dhyra gak bakalan kenapa-napa koookk…”
          “Ya udah deh non, kalo non maunya begitu “
          “Makasiiihhh paaakkk”

Hahaha, buat apa coba punya SIM ? Gua aja gak punya SIM bisa bawa mobil. Hahaha, buat apa coba pake bikin SIM segala bikin rempong deh.  Apa bedanya punya SIM dan gak punya SIM? Gak ada bedanya padahal, hahaha.Emang enak banget bisa bawa mobil sendiri ke sekolah. Jago gua mah bawa mobil, gak akan kenapa-kenapa kok, hahaha Pak Udinnya aja suka lebay. hahaha

Dhyra yang sedang meremehkan kata-kata dari Pak Udin supirnya, tidak memperhatikan jalanan yang di depannya.

CIITTTT … Duaaaaar

Aduh aduh aduh , nabrak lagi. Ckckck gimana nih ? Pilihan pertama gimana kalo gua kabur aja. Hmmm, tapi, kalo gua kabur gua gak bertanggung jawab dong dan gua bakal dikejar-kejar dosa. Aduuhh, pilihan kedua gimana kalo gua telfon Pak Udin. Tapi kalo gua telfon Pak Udin nanti malah panjang urusannya , di marahin mama, papa, dan pastinya nanti gak boleh bawa mobil lagi. Aduuuhhh, pilihan ketiga gua turun dan minta maaf. Yeaaahh, kayanya pilihan ketiga boleh tuh. Tapiii, kalo orangnya marah-marah gimana?

“Heh, turun lo !”

Seorang cowok yang mobilnya tertabrak oleh Dhyra keluar dan langsung menghampiri Dhyra. Dhyra bingung dengan apa yang harus dilakukan.  Diapun hanya berpikir dan berpikir. Namun semakin lama dia didalam mobilnya cowok itu semakin marah dan menggedor-gedor kaca mobil Dhyra.

“Tuuruunn woyy, turuuunn !”

Eh gila sangar banget nih cowok satu. Aaah sereeeem. Takut gua sumpah. Gimana dong ini?? Okee, karna gua sekarang udah gede gua harus bisa bertanggung jawab. Huuuuh, tarik napaaaaaaas. Huuuuh

Dhyrapun keluar dari mobilnya. Tapi Dhyra tidak ingin terlihat ketakutan dan balas memarahi cowok itu.

“Iya, sabar kenapa sih !”
“Bisa bawa mobil gak sih ?” kata cowo yang mobilnya kena tabrak olehku.
“Bisalah. Gak liat apa lu kalo gua bawa mobil? Picek ya tuh mata ?”
“Kalo lo bisa bawa lo gak bakal nabrak mobil gua!!”
“Isssh, selow aja bisa kalii. Cuma lecet doang kaan?? Gua ganti dah. Lagian siapa suruh markir mobil dadakan kaya gitu!!” Kata Dhyra sambil mengambil dompetnya yang ada di dalam mobil “Berapa sih berapa?”
“Ehh, gua gak butuh yah duit lo!! Gua Cuma buuh pertanggung jawaban dari lo!!”
“Gak butuh?? Muna!! Ehh denger yaah, ini tuh bentuk pertanggung jawaban dari gua. Ah udahlah susah ngomong ama orang kaya lo. Nih ambil kartu nama gua kalo butuh biaya bengkel telpon aja. Weeek!!”

Dhyra langsung masuk kedalam mobilnya namun, cowok itu mencegahnya.

“Ihh, apasih? Gue tuh mau berangkat sekolah. Apa perlu gue telponin montir biar dateng kesini??”

Tanpa basa basi Dhyra langsung meninggalkan cowok itu. Awalnya cowok itu keberatan, tapi Dhyra bersi keras untuk pergi. Secara takut terlamabat gitu. Masa hari pertama masuk udah langsung terlambat, gak lucu dong.

25 menit kemudian Dhyrapun sampai di sekolah, dan untung aja belom terlambat. Di hari pertamanya, Dhyra mempunyai rencana untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Secara kaalo udah punya temen dimana-mana kan enak. hahha
         
“Gak terasaa udah setengah tahun jadi anak SMA. Ahahahha”

Ucap Dhyra setelah ujian semesteran selesain dilaksanakan. Kini Dhyra mempunyai 2 orang sahabat Rhea dan Icha. Dhyra mengenal Rhea dan Icha dihari pertamanya masuk sekolah.

Waktu terus berputar, tanpa terasa tahunpun berganti. Kini Dhyra menjadi salah satu yang bisa dibilang cukup populer. Dhyra yang cantik, pintar dan mudah bergaul membuat semua yang baru mengenalnya langsung menyukainya. Termasuk Adit. Adit adalah salah satu anggota basket yang cukup populer juga.

Adit yang ganteng, keren, dan kaya membuat banyak siswi SMAN 12 Jakarta yang mengaguminya. Termasuk Icha sahabat Dhyra. Icha yang tau bahwa Adit lebih menyukain Dhyra dibanding dirinya menjadi sebal dan kesal.

Dhyra yang mengetahui hal tersebut menjadi tidak enak dengan Icha. Bagaimanapun Icha adalaha sahabatnya, dan Dhyra tidak ingin merusak persahabatannya hanya karna seorang cowok. Apalagi setelah Dhyra tau bahwa Adit adalah cowok yang waktu itu mobilnya tertabrak olehnya.

          “Ichaaaa, beneran deh gue gak suka sama kak Adit”

Penjelasan Dhyra tidak berpengaruh apapa terhadap Icha. Icha yang keras kepala dan sudah terpengaruh omongan orang lain tetap cuek dan tidak perduli. Rhea yan ada ditengah-tengah mereka tidak tahan dengan  sikap Icha. Rheapun memutuskan untuk menemui Icha dan meminta penjelasan.

Icha pun bercerita kepada Rhea bahwa banyak yang bilang padanya bahwa Dhyra yang sengaja mencari perhatian Adit. Setelah mengdengar cerita dari Icha, Rheapun mengerti apa yang terjadi. Diapun memberi tahu yang sebenarnya kepada Icha.

Icha pun mengerti dan kini Icha telah bersikap seperti biasa lagi. Setelah mereka bertiga kembali bersahabat, Dhyra yang tiba-tiba berubah. Akhir-akhir ini Dhyra tampak murung dan tidak ceria lagi.

          “Ra, lo kenapa ?? Gak kaya biasanya deh? Kenapa sih? Cerita dong. Lo putus ama cowo lo?”

Tanya Rhea yang tidak paham dengan apa yang terjadi kepada sahabatnya. Tapi Dhyra hanya menggeleng dan meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja. Rhea dan Icha yang sudah setahun ini menjadi sahabatnya yakin bahwa ada suatu hal yang terjadi.

          “Emang gua kenapa??? Gua ga kenapa kenapa lagii. Haha”

Ketika pulang sekolah Dhyra izin untuk pulang terlebih dulu karna merasa kurang enak badan. Kesempatan itu digunakan oleh Rhea dan Icha untuk menemui Rio pacarnya Dhyra. Mereka berniat untuk lanngsung mendatangi Rio kerumahnya. Icha pernah diajak Dhyra beberapa kali untuk pergi ke rumah Rio. Di rumah Rio Rhea dan Icha melihat Rio sedang bermesraan dengan perempuan lain, yang mereka yakin bahwa itu bukan Dhyra.

Rhea dan Icha kini tau kenapa Dhyra menjadi pendiam dan tidak ceria. Merekapun pergi kerumah Dhyra. Tapi disana mereka mendapatkan kenyataan yang lebih pedih bahwa kini Dhyra telah di vonis oleh dokter mengidap penyakit kanker darah stadium akhir.

Sejak dokter memfonis penyakit itu Dhyra berubah menjadi anak yang pemurung dan pendiam. Rhea dan Icha sangat merasakan perubahan itu, tapi setiap kali mereka bertanya Dhyra tak pernah mau cerita dan jujur. Menurut mereka Dhyra berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan lama lagi.

          “Ra, kita udah tau semuanya. Kenapa sih lo harus sembunyiin semuanya??”
          “Nyembunyiin apa cha?”
          “Tentang Rio, tentang sakit lo. Gua sama Icha udah tau Ra.”

Tanpa berkata apa apa lagi Dhyra terdiam. Dia menunduk. Rhea dan Icha terus mendesak Dhyra untuk menceritakan apa yang terjadi , akhirnya Dhyra pun mau bercerita. Rhea dan Icha sangat terkejut mendangarnya sekaligus sedih bercampur dengan rasa kekecewaan, mengapa baru sekarang Dhyra bercerita tentang semua itu.
         
          “Gua emang udah putus sama Rio, gua gak pantes buat Rio Rhe. Lagian dia udah nemuin yang lebih baik dari gue. Tentang penyakit ini gua minta maaf, gua nyembunyiin ini cuma gak mau bikin kalian sedih.”

Dhyra yang sejak tadi sudah menahan air matanya agar tidak jatuh kinipun terjatuh juga. Rhea dan Icha memeluk Rhea. Mereka terus memberi semangat bahwa dia akan sembuh.

          “Dhyraaaa, lo tuh harus kuaaat. Lagian kita kan sahabat, susah seneng kita bareng bareng dong.” Kata Rhea
          “Iya Ra, Rhea bener. Kita kan sahabat, apa yang terjadi sama lo kita harus ngerasain juga”
          “Makasih Rhe, Cha. Tapi gua putus asa. Dokter juga udah bilang kok, kalo umur gua gak akan lebih dari 2 bulan lagi.

Rhea dan Icha yang sudah menahan air matanya, akhirnya pun mereka menangis juga. Mereka menangis dan memeluk Dhyra.

          “Kita sayang lo raa”

Dengan kondisi tubuh yang semakin menurun, sampai akhirnya Dhyra dirawat di Rumah sakit. Rhea, Icha dan teman-teman yang lain menjenguknya untuk memberikan semangat dan dukungan padanya agar Dhyra Tidak semakin drop dan putus asa. Disatu sisi Rhea dan Icha ingin terus ada disamping Dhyra tapi disisi lain mereka juga harus mempersiapkan UAS.

Pagi hari yang sangat gelap karena hujan turun begitu derasnya, tanpa ada senyuman dari sang mentari dan kokokan indah membuat Dhyra sadar bahwa dia akan meninggalkan dunia indahnya itu.

Di rumah sakit mama dan papanya selalu memberikan semangat dan meyakinkan Dhyra bahwa dia akan sembuh. Sudah 2 minggu ini mereka menunggu Dhyra di rumah sakit. Dan sudah 3 hari ini Dhyra belum bangun dari komanya. Dan pagi ini Dhyra bangun dari komanya.

          “Ma, Pa Dhyra udah gak kuat. Hehe Dhyra pergi ya ma, pa”

Ucap Dhyra setengah sadar yang membuat Papa dan Mamanya menangis dan mengatakan bahwa Dhyra sedang mengigau.

          “Mama sama Papa gak boleh nangis yaah. Salam buat Icha sama Rhea”

niiiiiiiiittt

Kalimat terakhir yang Dhyra sampaikan membuat mama dan papanya menangis, mereka langsung menghubungi Icha dan Rhea. Icha dan Rhea datang ke rumah Dhyra, melihat dan memeluk Dhyra untuk yang terakhir kalinya. Setiba mereka disana disana mereka melihat Dhyra terbaring kaku, dikelilingi orang-orang yang membaca yasin untuknya. Orang orang yang menyayanginya.

Ichaa Rheaa yang akur yaaah. Hahaha makasih loh kalian udah mau jadi sahabat gue. Gue seneeeng banget. Disaat terakhir hidup gue, gue punya kalian yang selalu ngedukung gue, nyemangatin gue. Tapi ternyata Tuhan maunya gue pergi duluan. Hehe. Oh iyaa, gue mau kalian ambil 1 boneka dikamar gua. Kalo kalian kangen sama gue. Kalian peluk aja boneka itu. Hehe. Ini ada 1 puisi buat kalian, maaf yah kalo jelek. Hehe

Sedikit waktu telah kita jalani bersama
Tapi tidak sedikit kisah yang telah kita lewati bersama
Senang. Bahagia.
Semua itu sementara
Jika, derita yang akan menggantikan semuanya
Hanya kematian yang bisa menghentikan semua

Teman, jika aku boleh memilih
Aku ingin hidup tanpa air mata
Air mata yang jatuh setetes demi setetes
Air mata yang menjadi saksi saat aku tulis surat terkhir

Teman, jika aku boleh meminta
Aku ingin hidup lebih lama lagi
Hidup bersama kalian
Sahabat yang selalu mengisi hari-hariku

Tapi itu semua hanya Jika teman
Tuhan telah berkehendak lain
Tuhan ingin kalian hidup tanpaku
Hidup bahagia tanpa tangisku
Terima kasih kawaan :’)
                             -Tertanda Dhyra

You Might Also Like

0 komentar