Day 2
21.08
Seperti kemarin
aku menunggu supir jemputanku. Aku kurang ingat apa yang terjadi di jemputan
hari itu. Seingatku kami tertawa seperti biasa, meledek satu sama lain. Tapi
itu yang menumbuhkan kebersamaan diantara kami. Oiya, kalau tidak salah hari
itu hari selasa. Bulan April minggu ke-4. Tak terlalu ingat rentetan ceritanya,
intinya hari itu teman-temanku membicarakanmu lagi.
Pembicaraan
hangat teman-temanku sejak kemarin. Entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya
menarik sekali. Haha. Obrolan mereka yang mendramatisir, perbedaan pendapat
yang terjadi antara mereka, itu sangat menyenangkan dilihat. Tak bosan, bahkan
aku terus mengikutinya. Alami.
Mungkin kami
belum terbawa oleh efek dunia luar yang merusak. Hanya sedikit obrolah nyeleneh
dari para anak lelaki. Haha itu wajar saja menurutku. Oiya, aku baru
mengenalkan teman-teman laki-laki ku ya?
Oiya
perkenalkan, temanku yang manis, pintar dan lemah lembut. Rina. Dia seorang
gadis dengan kerudung yang terlihat modis dipakainya. Dia lebih senang diam dan
tersenyum saat menanggapi gurauan-gurauan teman-teman laki-laki kami. Berbeda
denganku yang akan membalas ledekan mereka dengan semangat. Haha. Oiya Rina
juga temanku sejak aku di bangku sekolah dasar. Dia juga teman yang
menyenangkan.
Ada lagi temanku
yang lain, Via namanya. Kami akrab namun tak terlalu dekat. Dia menyenangkan,
namun sedikit pedas omongannya. Hanya sesekali saja kami bermain bersama.
lagipula tingkat intelektual pun memisahkan kami. Aku dan Rina yang terkenal
dengan cap anak-anak yang mempunyai tingkat intelektual diatas rata-rata tak terlalu dekat
dengan mereka yang punya kelompok bermain.
Bukan gap, hanya
kurang nyaman saja jika berada dengan mereka. Kerjaannya yang selalu keluar
kelas saat pelajaran dimulai. Nongkrong di kantin dan berbicara keras seakan
kantin memang tempat milik mereka. Intinya mereka lebih senang melakukan hal
sesuai dengan kehendak mereka, bukan mengikuti segala peraturan yang berlaku.
“Eh eh itu” ucap Idan sambil
menolehkan kepala ke jendela samping mobil jemputan kami yang diikuti seruan
berisik anak laki-laki yang lain. Kini kami semua menatap keluar jendela.
Memperhatikan seorang laki-laki dengan jaket kulit hitam dan celana putih abu
di samping kiri mobil jemputan.
Apa yang
menarik? Pikirku dia sama saja seperti pengendara motor besar lainnya. Terlihat
tampan. Tak ada laki-laki tak terlihat tampan saat mengendarai motor besar yang
dilengkapi dengan jaket kulit dan helm yang kelihatan matanya saja.
Yaaa. Kami
perempuan, aku tepatnya. Tidak mengerti apa lebihnya laki-laki pengendara motor
besar itu. Bagiku semua terlihat sama. Dan itu tentu tak ada sangkut pautnya
denganku.
3 komentar
Menarik Din! Ajarin gua nulis dong.
BalasHapusemang radit gabisa nulis? udah SMA juga -_-
Hapuswih bener banget mau pake motor besar ataupun kecil yang penting sama2 laki :D
BalasHapus