Book Review - Novel Bintang Anak Tuhan

16.23

*Bintang Anak TUHAN, sebuah novel inspiring, penuh energiNYA, tentang Hanum Pratiwi dan Bintang Maharani, seorang ibu muda dengan gadis kecilnya yang terus bertahan melawan penyakit yang mematikan, yang tak pernah mereka rasa & anggap ada. Mereka peluk kepasrahan yang kini tengah merayap menuju kesempurnaan. HujanNYA masih tersisa seperti tumpahan jutaan jarum-jarum kecil yang menghujam bumi. Ujung-ujungnya berkilat laksana jarum api dalam remang cahaya lampu jalan. Mereka tetap bertahan dengan cintaNYA!

Bintang Maharani, seorang gadis kecil yang sangat cerdas & memiliki daya imajinasi tinggi. Hari-hari sepi yang dilaluinya karena ia harus home schooling, diisinya sendiri dengan sosok-sosok imajiner. Boneka-boneka Barbie-nya dan kepompong atau kupu-kupu, dunia imaji yang ia cipta sendiri. Ia sering menulis surat kepada siapapun yang ia anggap ada, meski surat-surat itu tak pernah terkirim. Dan Buku Harian adalah teman terbaiknya ketika ia harus bicara, mengeluarkan semua imaji tingginya untuk mengusir sepinya.





Surat kepada kawanku kepompong Jakarta, 14 Februari 2009

Kepompong, pagi ini kamu telah cantik, muka burukmu telah berubah jadi kupu-kupu

Aku senang, tapi juga sedih, karena kamu telah pergi, pergi meninggalkan aku di sini sendiri

Aku berdoa besok kamu bisa temui aku di rumahku lagi

Karena sebenarnya aku sangat ingin berteman baik denganmu

Aku tidak akan memarahimu jika kamu tak kembali lagi besok, doakan ya, aku segera punya teman pengganti & tidak sakit lagi

Sebuah surat yang sangat menyentuh, karena dia telah merasa kehilangan seorang teman. Kepompong yang beberapa hari telah menjadi teman imajinernya, ternyata harus pergi setelah berubah jadi kupu-kupu, terbang entah kemana.Bintang, termangu di depan jendela kamar, menatap kuntuman-kuntuman mawar sambil memegang lipatan kertas putih bergaris, surat untuk sahabat barunya yang telah pergi, namun terus diharapnya datang menemuinya lagi.


**********************************

Lalu, satu hari dia menulisi buku hariannya di kasur kecil berseprei gambar Barbie, sambil tengkurap dan dua kaki kecilnya saling menyilang, sesekali bergerak-gerak manis, semanis pikirannnya malam itu.

AKU JUJUR

Tuhan, aku sakit apa?

Kenapa diam?

Ya sudah Aku tak apa Tapi aku ingin jujur



(Ini buat Tuhan)



Tulisan kecilnya yang sarat makna, dalam kata, selesai, sebelum dia menguap dan tertidur di kasurnya dengan buku harian berwarna merah muda yang tertindih tangan kanannya yang masih memegang pensil.

******************************

Ditatapnya lekat Bintang yang nampak pulas tidur ditemani Barbie palsu yang baru saja dipamerkannya kemarin siang. Begitu bangga dengan sebuah paket yang tertera dengan nama pengirim eyang putri Lestari. Pikirnya, neneknya sangat sayang padanya. Terbukti dengan datangnya paket boneka Barbie dengan rumah kayunya. Wajahnya begitu riang menyambut kepulangannya kemarin malam. Mendekap boneka yang tak asing bagi Hanum. Sampai kapanpun Bintang tidak akan pernah tahu, bahwa paket itu sebenarnya dari Hanum, ibunya, yang sengaja membeli dan mengirimkannya, dibungkus sesuai dengan warna kesukaannya, merah muda. Hanum memang terpaksa melakukan kebohongan demi kebohongan untuk membuatnya senang dan tenang. Bahwa eyang putrinya sangat mencintainya, kebohongan yang begitu menyakitkan, andai Bintang mengetahuinya.

Aku telah puas menangis kali ini. Tangisanku terakhir, air mata yang kujanjikan keluar hanya sekali ini lagi. Setelah itu harus kujadikan batu air mata berdarahku ini. Sungguhpun, aku tetap memohon pertolongan, perlindungan dan cintaMu untuk anakku, Bintang semata. Hujat dan doa bathin Hanum terlepas bak anak panah yang melesat, menancap pada sasarannya, Tuhan!

Surat buat Ajeng

Jakarta, 12 April 2009



Ajeng kenapa kamu tiga hari ini tidak mau main ke rumahku lagi?

Kamu takut ibuku karena aku ikut mengaji kemarin ya?

Aku minta maaf ya, aku yang salah.

Makanya doakan aku segera sembuh dan bisa sehat kembali ya

Titip doa buat ibu ustadzah Aminah dan ustadzah Maisaroh ya.

Agar aku bisa mengaji lagi besok.

Katakan padanya bahwa aku ingin jadi santri kecil sepertimu.

Karena aku ingin bisa pandai mengaji dan berdoa buat ayahku

Surat ini ingin sekali kukirim lewat pak pos.

Tapi aku nggak tahu kantor pos dimana.

Ibuku beberapa hari ini juga mengawasiku, aku tak bisa ke rumahmu.

Ibu takut aku melanggar lagi aturannya.

Ya sudah aku harap kamu baik-baik saja.

Mudah-mudahan kamu mau main lagi ke rumahku.


Hanum tak menangis membaca tulisan hati Bintang. Matanya kaku, membekukan air yang ada di dalamnya. Kebohongan tentang nenek Bintang terus berujar di benak Bintang, menggurita dan hidup. Andai dia tahu cerita yang sebenarnya, apa jadinya Tuhan? Eyang putrinya kini hanya menghuni panti jompo tanpa pernah mau tahu siapa Bintang sejak lahir.Dia pasti membenciku, dia akan marah jika tahu ibunya pembohong besar. Mohonku padaMu lindungilah semua kisah menyedihkan ini. Semua berawal dariMu, berakhir juga dariMu.



*********************************

SURAT BIRU

Malam itu Bintang tampak kelelahan karena seharian bercerita panjang lebar dengan nenek Sriti. Hatinya bahagia sekali nampaknya. Hingga dia tertidur pulas setelah minum obat dan menulis buku hariannya lagi. Dia sangat meminta Hanum untuk mengirimkan suratnya kepada eyang Lestari. Hanum hanya mengangguk pelan. Memastikan dirinya akankah berbohong lagi, artinya dia akan semakin menjerumuskan Bintang ke dalam imajinasinya untuk bisa bertemu dengan neneknya. Hal yang sangat mustahil. Dia membaca surat yang sudah Bintang masukkan ke dalam sebuah amplop putih bertuliskan kepada Eyang Putri Lestari - Pondok Bunda blok 5/2 Semarang. Dia tidak pernah tahu bahwa alamat tersebut adalah alamat sebuah Panti Jompo yang dihuni nenek tercintanya yang tak pernah mencintainya. Hanum menghela nafas, menggigit bibirnya, membaca surat kecil Bintang. Hatinya cukup tegar membaca tulisan tangan yang sangat rapi itu.



Surat untuk eyang Lestari

Jakarta, 1 Mei 2009

Eyang sedang apa? Ada dimana?

Eyang nggak sakit kan? Kenapa nggak jadi datang? Bintang kangen sekali

Mudah-mudahan eyang baik-baik saja dan sehat selalu.

Bintang selalu mendoakan eyang putri dan eyang kakung juga ayah Agung.

Yang, Bintang juga punya nenek di sini, nenek Sriti namanya.

Nenek Sriti baik deh yang, dia ibunya tante Wanda yang juga sangat baik.

Kami sering bersama-sama di rumah Bintang.

Ya sudah, sekian dulu surat Bintang ya yang…kali ini biar Ibu yang akan kirim lewat pos


Sayang selalu,

Bintang Maharani Agung



Usai membaca surat Bintang dan kembali memasukkannya ke dalam amplop. Hanum duduk di tepi tempat tidur, mengusap rambut-rambut halus yang menempel di dahi Bintang. Rambut Bintang memang tebal, menurun darinya.

Dia mencari cara untuk memuaskan hati Bintang sekaligus menghentikan pencarian Bintang tentang keberadaan neneknya. Kasian sekali Bintang. Sejak dulu tanyanya hanya itu-itu saja. Siapa nenek kakeknya, dan mengapa tak juag datang mengunjunginya. Hanum hanya menjawab bahwa nenek kakek darinya sudah meninggal dalam sebuah kecelakaan kapal laut KM Tampomas II (MV Great Emerald) yang mengalami kebakaran dan tenggelam pada tanggal 28 Januari 1981 di laut lepas Masalembo. Itu jawaban diplomatisnya. Namun ketika Bintang mengejar dari sisi ayah ibu Agung. Hanum tidak tega mengarang cerita bahwa nenek Lestari telah meninggal. Hanya kakeknya yang telah meninggal dan dimakamkan di Manado. Hanya itu karangannya. Karena dia memang tidak tahu dimana makam ayah Agung hingga kini. Agung tak pernah mengajaknya ke makam hingga Bintang lahir.

Hanum akhirnya memutuskan surat balasan untuk Bintang yang dia buat malam itu juga. Sebuah surat yang mungkin nantinya akan membuka semua, satu saat dia memang benar-benar ingin menemui Lestari untuk Bintang. Toh dia sudah pikun, yang ada hanya senyum-senyum tanpa makna, namun mungkin bisa membuat Bintang lega, bahwa dia memang benar-benar merasa masih memiliki seorang nenek yang masih hidup, meski tinggal di sebuah panti jompo. Jikalaupun dia akan dikejar, kenapa neneknya nggak ikut mereka saja, itu urusan nanti. Yang penting Hanum bisa memberi kebahagiaan sejati dengan caranya.

Semarang, 5 Mei 2009

Bintang cucu eyang yang cantik.

Eyang baik-baik saja, dan berharap Bintang dan ibu juga sehat serta dilindungi Tuhan selalu.

Eyang minta maaf ya belum bisa ke sini, karena eyang harus banyak istirahat.

Yang penting kita bisa saling mendoakan dan selalu sehat.

Sudah ya sayang, cium sayang buat Bintang.



Salam sayang,

Eyang Lestari



Hanum selesai menulis surat balasan itu dan harus mengirimkannya besok, agar Bintang segera mendapatkannya, membacanya, dan menambah energi kesembuhannya. Dia tak berpikir lagi ini sebuah kebohongan. Toh nantinya jika memang kondisi memungkinkan, mereka sehat dan bisa jalan jauh. Mereka akan menemui eyang Lestari demi Bintang.

Sebelum beranjak dari tempatnya dan tidur di samping Bintang, matanya tertuju pada buku harian yang tertindih tangan kiri Bintang. Lalu diambilnya, dia harus tahu apa lagi yang ada dalam cerca, cerna pikir anaknya. Hanum mengernyitkan dahinya saat membaca beberapa lembar tulisan panjang Bintang, yang ditujukan padanya. Sebuah penghargaan yang sangat tinggi, apresiasi atas perjuangannya yang dijadikan ibu sejati oleh anaknya. Betapa sebuah kebahagiaan yang sangat luar biasa ketika seorang perempuan dijadikan ibu oleh anaknya, bukan menjadikan ibu untuk anaknya.



Selamat Hari Kartini

Jakarta, 21 April 2009

Untuk Ibuku tersayang Hanum Pratiwi Agung

Ibu sayang, boleh di sini Bintang cerita

Tak ada kagumku selain kepadamu yang terus merawatku dengan baik

Mencintaiku dengan tulus dan ikhlas menjagaku

Menyayangiku sepenuh hati

Aku sangat bahagia karena ibu begitu baik, tidak suka memarahiku, padahal aku sering bandel

Bu, aku minta maaf karena aku pernah melanggar aturan ibu

Dua kali aku pergi ke sungai kecil di belakang rumah bersama Ajeng

Tapi aku yang mengajaknya, ibu jangan memarahinya

Karena aku ingin sekali melihat ikan-ikan itu

Lalu aku juga pergi ke taman di seberang sungai kecil itu

Karena di sana banyak kupu-kupu yang indah

Ajeng pernah menangkapnya untukku, tapi aku lepas, karena aku kasian.

Kupu-kupu itu butuh terbang bebas, dia tidak boleh ku ambil dan ku kurung.



Tanpa terasa, hanum mengingkari janjinya. Dia meneteskan air mata ketika matanya tertuju pada huruf-huruf yang terrangkai di kalimat “Kupu-kupu itu butuh terbang bebas, dia tidak boleh ku ambil dan ku kurung” Sebuah sindiran yang menyedihkan, itukah yang kau rasa selama ini sayang? Hanum memeluk tubuh Bintang, air matanya jatuh membasahi tangan Bintang yang diciuminya, dipeluknya erat tubuh kecil itu. Tanpa ada kata yang keluar dari bibirnya yang memang terkatup kuat, karena tercekat rekatan kalimat sendu, kalimat jujur hati anaknya. Dia lalu meneruskan membaca tulisan hati Bintang itu. Sambil merebahkan tubuhnya yang menopang segala kelelahan, sejenak merapatkan pikiran untuk tahu apa yang ada dalam cerca pikir anaknya.



Bu, jangan marah ya, aku nakal, bandel selama ini.

Karena kadang aku bosan dengan sakit yang tidak sembuh-sembuh.

Tapi ibu jangan cemas ya, aku akan baik-baik saja.

Aku nggak akan nakal lagi, nggak akan keluar rumah lagi.

Aku juga ingin segera sembuh.

Sehat kembali dan bisa sekolah lagi.

Ibu juga jangan marah kepada Ajeng.

Ajeng tidak pernah mengajakku main kemana-mana.

Dia teman yang baik, tidak pernah nakal.

Dan kemarin tanpa seijin ibu, aku telah memberinya satu bonekaku.

Aku kasian, karena dia tidak punya boneka.

Dan selama ini dia juga sering memberiku majalah.

Juga kue donat sisa dagangan ibunya. Dia baik bu.

Maafkan aku ya bu, Bintang janji tak akan mengulang semua.

Karena hari ini hari Kartini.

Aku ucapkan selamat hari kartini bu.

Perjuangan ibu sangat besar. Ibu bekerja keras buat masa depan Bintang

Maaf jika aku nanti lupa mengucapkannya ketika ibu datang.

Karena aku sudah ngantuk sekarang.

Doaku semoga ibu mendapat pahala yang banyak dari Allah.

Karena ibu sudah menjadi ayah dan ibu bagi Bintang.



Salam sayang selalu

Bintang Maharani Agung



****************************

Petaka berupa lara yang datang, sebenarnya bukan derita berkepanjangan. Namun hanya sebuah goncangan bencana sedikit untuk mengembalikan posisi kita yang benar berada pada sudut yang diinginkanNYA. Bertempur di atas ring yang dia ciptakan dengan musuh yang telah dia sediakan. Menjadi juara, pemenang pertandingan, adalah mimpi kita sebagai pemainNYA yang memilih hidup menjadi pilihan. Bukan mati menyerah pada keadaan.

You Might Also Like

0 komentar